Kamis, 29 Juli 2010

Realisasi Investasi di Atas 50%

REALISASIinvestasi sepanjang semester pertama 2010 sudah menembus Rp92,9 triliun atau 58,1% dari target investasi sebesar Rp160 triliun pada tahun ini.

Beranjak dari kinerja yang kinclongselama enam bulan tersebut, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) optimistis target investasi tersebut dapat tercapai. Karena itu, segala aktivitas dan kebijakan yang berpotensi menghambat laju arus investasi harus segera diamputasi.Salah satu ancaman serius di depan mata adalah ribuan peraturan daerah yang cenderung tidak bersahabat dengan investor, tetapi pemerintah masih terkesan membiarkan. Bila menelisik angka-angka yang disajikan BKPM, pertumbuhan investasi belakangan ini cukup meyakinkan sebagai representasi dari iklim investasi di Indonesia yang semakin baik seiring dengan berputarnya kembali roda perekonomian negara-negara maju.

Tengok saja, realisasi investasi sepanjang semester kesatu bertumbuh 39,9% menjadi Rp92,9 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp66,4 triliun.Dilihat dari sumber penanaman modal,tercatat penanaman modal dalam negeri (PMDN) menyumbang Rp21,9 triliun dan penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp71 triliun.Aksi para investor tersebut didominasi kegiatan ekspansi usaha. Yang menggembirakan,selain iklim investasi mulai kondusif,ternyata pertumbuhan penanaman modal tersebut berkorelasi langsung terhadap penyerapan tenaga kerja yang saat ini masih menjadi salah satu persoalan serius dalam menyejahterakan masyarakat.

Realisasi investasi yang sedikit lagi menembus Rp100 triliun tersebut berhasil menyerap sekitar 298.000 tenaga kerja.Pada triwulan pertama tenaga kerja yang terserap baru mencapai Rp 87.000 orang. Memasuki triwulan kedua, BKPM mencatat perputaran penyerapan tenaga kerja yang tinggi sebanyak Rp 211.040 orang. Berdasarkan data yang dipublikasi BKPM,Singapura menjadi negara penanam modal terbesar di Indonesia sepanjang triwulan kedua tahun ini dengan realisasi investasi yang mencapai 41%. Singapura membidik sejumlah wilayah terutama di kawasan Kepulauan Batam, Bintan, dan Karimun.

Adapun sektor yang digarap meliputi sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi dengan total 156 proyek senilai USD1,6 miliar.Kemudian Hong Kong sebanyak 20% dan Amerika Serikat sekitar 5%. Untuk semester kedua,sebagaimana diungkapkan Kepala BKPM Gita Wirjawan, sudah ada komitmen investasi senilai USD10 miliar, termasuk komitmen joint ventureperusahaan baja asal Korea Selatan,Posco dengan PT Krakatau Steel. Beberapa perusahaan Korea Selatan lainnya juga sedang menjajaki berinvestasi di Indonesia, terutama perusahaan manufaktur yang berpotensi menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di Asia Tenggara.

Selain itu, sejumlah investor kakap lain dari Asia dan Eropa sudah memberikan sinyal untuk menanamkan modal dalam waktu dekat.Adapun PMDN diprediksi ditopang oleh usaha kecil dan menengah, pertambangan,dan telekomunikasi. Meski investor mulai berbondong-bondong membidik Indonesia, bukan berarti sudah bebas masalah. Satu per satu BKPM mulai mengurai persoalan tersebut. Misalnya, keluhan calon investor yang kebingungan saat berhadapan dengan kementerian dan lembaga yang memiliki kebijakan tak sejalan.Sekarang calon investor tak perlu bingung lagi,sebab BKPM telah ditunjuk sebagai pusat kerja sama proyek antara pemerintah dan swasta (public private partnership/PPP).

Peran sentral tersebut ternyata berdampak positif bagi BKPM untuk merumuskan proyek yang paling siap ditawarkan kepada investor. Di balik kesuksesan menarik perhatian para pemilik modal, baik luar negeri maupun dalam negeri, untuk berinvestasi di Indonesia, masih terselip beberapa kendala yang harus segera dituntaskan. Di antaranya pemerintah dinilai belum memberikan insentif fiskal yang maksimal dan peraturan daerah yang bermasalah. Memang, perlu waktu untuk menyelaraskan semua kebijakan pemerintah dengan keinginan investor.

Namun, kita percaya pemerintah terus membuat formulasi yang tepat untuk merangsang calon investor dan para investor yang sudah menanamkan modalnya agar tidak lari.(*)